Cari Blog Ini

Rabu, 20 Agustus 2014

Kota Malang dan Saya



Kota Malang dan saya sudah berhubungan sejak kecil, bisa dikatakan hamper tidak pernah saya meninggalkan kota ini. Pernah pun pasti tidak lama. Saya berasal dan tinggal di Kota Malang sampai saat ini. Namun walaupun begitu saya masih belum sepenuhnya mengerti keseluruhan Kota Malang. Tapi inilah sedikit informasi tentang Malang tempat saya tinggal. Menurut yang saya baca sejarah Kota Malang itu seperti ini, Kota Malang adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota yang berpenduduk 820.243 (2010) ini berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan Kota Surabaya, dan wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Malang. Luas wilayah kota Malang adalah 252,10 km2. Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, dan dikenal dengan julukan kota pelajar. Nama "Malang"  sendiri sampai saat ini masih diteliti asal-usulnya oleh para ahli sejarah. Para ahli sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas asal usul nama "Malang". Sampai saat ini telah diperoleh beberapa hipotesa mengenai asal usul nama Malang tersebut.

Malangkuçeçwara (baca: Malangkusheswara) yang tertulis di dalam lambang kota itu, menurut salah satu hipotesa merupakan nama sebuah bangunan suci. Nama bangunan suci itu sendiri diketemukan dalam dua prasasti Raja Balitung dari Jawa Tengah yakni prasasti Mantyasih tahun 907, dan prasasti 908 yakni diketemukan di satu tempat antara Surabaya-Malang. Namun demikian dimana letak sesungguhnya bangunan suci Malangkuçeçwara itu, para ahli sejarah masih belum memperoleh kesepakatan. Satu pihak menduga letak bangunan suci itu adalah di daerah gunung Buring, satu pegunungan yang membujur di sebelah timur kota Malang dimana terdapat salah satu puncak gunung yang bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih terus dilakukan karena ternyata, disebelah barat kota Malang juga terdapat sebuah gunung yang bernama Malang. Pihak yang lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di daerah Tumpang, satu tempat di sebelah utara kota Malang. Sampai saat ini di daerah tersebut masih terdapat sebuah desa yang bernama Malangsuka, yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga berasal dari kata Malankuca yang diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga dikuatkan oleh banyaknya bangunan-bangunan purbakala yang berserakan di daerah tersebut, seperti Candi Jago dan Candi Kidal, yang keduanya merupakan peninggalan zaman Kerajaan Singasari.
Dari kedua hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah kiranya yang terdahulu dikenal dengan nama Malang yang berasal dari nama bangunan suci Malangkuçeçwara itu. Apakah daerah di sekitar Malang sekarang, ataukah kedua gunung yang bernama Malang di sekitar daerah itu. Sebuah prasasti tembaga yang ditemukan akhir tahun 1974 di perkebunan Bantaran, Wlingi, sebelah barat daya Malang, dalam satu bagiannya tertulis sebagai berikut : “………… taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I ………”. Arti dari kalimat tersebut di atas adalah : “ …….. di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu ………” Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti itu. Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad 12 Masehi.
Nama Malangkuçeçwara terdiri atas 3 kata, yakni mala yang berarti kecurangan, kepalsuan, dan kebatilan; angkuça (baca: angkusha) yang berarti menghancurkan atau membinasakan; dan Içwara (baca: ishwara) yang berarti "Tuhan". Sehingga, Malangkuçeçwara berarti "Tuhan telah menghancurkan kebatilan". Hipotesa-hipotesa terdahulu, barangkali berbeda dengan satu pendapat yang menduga bahwa nama Malang berasal dari kata “Membantah” atau “Menghalang-halangi” (dalam bahasa Jawa berarti Malang). Alkisah Sunan Mataram yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat. Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram. Sejak itu pula daerah tersebut bernama Malang. Ada pula tahun-tahun penting yang berpengaruh di Kota Malang            :
  • Tahun 1767 Kompeni Hindia Belanda memasuki Kota
  • Tahun 1821 kedudukan Pemerintah Belanda di pusatkan di sekitar kali Brantas
  • Tahun 1824 Malang mempunyai Asisten Residen
  • Tahun 1882 rumah-rumah di bagian barat Kota di dirikan dan Kota didirikan alun-alun di bangun.
  • 1 April 1914 Malang di tetapkan sebagai Kotapraja
  • 8 Maret 1942 Malang diduduki Jepang
  • 21 September 1945 Malang masuk Wilayah Republik Indonesia
  • 22 Juli 1947 Malang diduduki Belanda
  • 2 Maret 1947 Pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki Kota Malang.
  • 1 Januari 2001, menjadi Pemerintah Kota Malang.
DPRDGR mengkukuhkan lambang Kotamadya Malang dengan Perda No. 4/1970. Bunyi semboyan pada lambang adalah "MALANG KUÇEÇWARA"Motto "MALANG KUÇEÇWARA" berarti Tuhan menghancurkan yang bathil, menegakkan yang benar
Arti Warna :
o                  Merah Putih, adalah lambang bendera nasional Indonesia
    • Kuning, berarti keluhuran dan kebesaran
    • Hijau adalah kesuburan
o   Biru Muda berarti kesetiaan pada Tuhan, negara dan bangsa
o    Segilima berbentuk perisai bermakna semangat perjuangan kepahlawanan, kondisi geografis, pegunungan, serta semangat membangun untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Semboyan tersebut dipakai sejak hari peringatan 50 tahun berdirinya KOTAPRAJA MALANG 1964, sebelum itu yang digunakan adalah : "MALANG NAMAKU, MAJU TUJUANKU", yang merupakan terjemahan dari "MALANG NOMINOR, SURSUM MOVEOR"
Adapula malang sering ditafsirkan mempunya banyak tempat wisata diantaranya:
  • Kebun Raya Purwodadi (kebun raya kedua di Indonesia)}
  • Taman Rekreasi Senaputra
  • Taman Wisata Tlogomas
  • Pasar Minggu Semeru (Jalan Semeru)
  • Pasar Minggu Vellodrome (lingkar luar arena Velodrome Sawojajar)
  • Wisata Kuliner Pulosari
  • Taman Kridha Budaya Jawa Timur
  • Taman Rekreasi Lembah Dieng
  • Playground
  • Malang Tempoe Doeloe 1 tahun sekali dan di adakan saat pertengahan tahun.

  • Pantai Sendang Biru
  • Tempat Wisata Keluarga Selecta
  • Pemandian Kendedes (peninggalan zaman kerajaan Singosari)
  • Taman Ria Sengkaling
  • Wisata Alam Bromo
  • Kebun Teh
  • Selecta
  • Pemandian Air Panas Cangar
  • Air Terjun Coban Rondo
  • Taman Wisata Wendit
Serta yang sedang buming saat ini adalah Pantai Goa China dan Pantai Bajul Mati. Pantai Goa Cina terletak di Dusun Trowotratih, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, tepatnya di sebelah barat Pantai Sendang Biru (sekitar 6 km). Memang pantai ini belom sekondang pantai-pantai lain di wilayah Malang Selatan seperti Pantai Balekambang dan Sendang Biru. Tapi apa yang ditawarkan Goa Cina tidak kalah indah dengan kedua pantai tersebut.
Seperti namanya, pantai ini memiliki sebuah goa besar yang menjadi daya tarik utama. Untuk masuk ke dalam goa, Ngalamers diwajibkan untuk merunduk karena memang pintu masuk ke goa hanya berukuran setengah meter. Menurut papan pengumuman yang ada disini, Pantai Goa Cina mendapatkan namanya sejak tahun 1930. Pada saat itu ada seorang pertapa berkebangsaan Cina yang bertapa di dalam gua selama bertahun-tahun hingga hilang (mukso) di dalam gua. Pertapa tersebut juga meninggalkan surat wasiat yang berisi identitas atas nama "Hing Hook". Sejak saat itulah goa tersebut dinamakan Goa Cina, demikian pula pantainya.
Pantainya sendiri menawarkan pemandangan yang menakjubkan dengan alamnya yang masih asri. Ngalamers juga dapat melihat beberapa pulau di tengah laut yang menambah keindahan Pantai Goa Cina. Bagi Ngalamers yang hobi berenang sepertinya harus sedikit kecewa karena berenang di kawasan Pantai Goa Cina sangat dilarang dikarenakan arus bawah lautnya yang lumayan deras. Ditambah lagi, pantai ini terbilang cukup curam sehingga berbahaya jika dipakai untuk berenang.
Satu lagi pantai di kawasan Malang Selatan yang wajib Ngalamers kunjungi; Pantai Bajul Mati. Bajul Mati sendiri dalam Bahasa Jawa berarti Buaya Mati. Tapi Ngalamers tidak perlu khawatir karena di pantai ini tidak ada satupun buaya baik yang hidup maupun yang telah mati.
Pantai ini dinamakan Bajul Mati karena gugusan bukit di seberang pantai terlihat seperti bajul atau buaya. Ada juga yang mengatakan bahwa pada jaman dahulu ada dua bajul (buaya) yang berkelahi sampai mati di pantai ini. Pantai Bajul Mati sendiri memang indah dengan pasirnya yang putih dan bersih. Pantainya juga cukup luas, jadi Ngalamers (sebutan untuk warga malang) dapat leluasa bermain pasir, voli pantai, atau berjemur. Yang lebih menarik, Ngalamers dapat menuju bukit untuk mendapatkan pemandangan pantai yang jauh lebih indah. Pantai ini juga kerap dijadikan lokasi berkemah bagi para komunitas pecinta alam.
Meskipun pantainya indah, Ngalamers dilarang berenang di Pantai Bajul Mati karena ombak khas laut selatannya yang besar dan struktur pantainya yang curam dan dalam. Akan tetapi ada satu spot yang relatif aman untuk berenang. Spot ini terletak di sebelah barat dimana Ngalamers bisa bermain air sepuasnya.
Ngalamers juga bisa datang pada bulan Agustus untuk menyaksikan prosesi Larung Ketupat. Saat upacara adat ini dilakukan, pengunjung Pantai Bajul Mati akan baik berkali-kali lipat dari hari biasa. Ritual Larung Ketupat ini dilaksanakan sebagai bentuk pembelajaran agar manusia tetap ingat bahwa dirinya adalah bagian dari alam. Karena itu manusia harus memberi apresiasi untuk alam dengan cara melarung tersebut.
Lepas dari tempat pariwisata di Malang ada juga budaya di Malang yang sayang untuk dilewatkan. Kekayaan etnis dan budaya yang dimiliki Kota Malang berpengaruh terhadap kesenian tradisional yang ada. Salah satunya yang terkenal adalah Wayang Topeng Malangan (Topeng Malang), namun kini semakin terkikis oleh kesenian modern. Gaya kesenian ini adalah wujud pertemuan tiga budaya (Jawa Tengahan, Madura, dan Tengger). Hal tersebut terjadi karena Malang memiliki tiga sub-kultur, yaitu sub-kultur budaya Jawa Tengahan yang hidup di lereng gunung Kawi, sub-kultur Madura di lereng gunung Arjuna, dan sub-kultur Tengger sisa budaya Majapahit di lereng gunung Bromo-Semeru. Etnik masyarakat Malang terkenal religius, dinamis, suka bekerja keras, lugas dan bangga dengan identitasnya sebagai Arek Malang (AREMA) serta menjunjung tinggi kebersamaan dan setia kepada Malang.
Di kota Malang juga terdapat tempat yang merupakan sarana apresiasi budaya Jawa Timur yaitu Taman Krida Budaya Jawa Timur, di tempat ini sering ditampilkan aneka budaya khas Jawa Timur seperti Ludruk, Ketoprak, Wayang Orang, Wayang Kulit, Reog, Kuda Lumping, Sendra tari, saat ini bertambah kesenian baru yang kian berkembang pesat di kota Malang yaitu kesenian "Bantengan" kesenian ini merupakan hasil dari kreatifitas masyarakat asli Malang, sejak dahulu sebenarnya kesenian ini sudah dikenal oleh masyarakat Malang namun baru sekaranglah "Bantengan" lebih dikenal oleh masyarakat tidak hanya masyarakat lokal namun juga luar daerah bahkan mancanegara. Khusus di Malang sering diadakan pergelaran bantengan hampir setiap perayaan hari besar baik keagamaan maupun peringatan hari kemerdekaan.
Festival tahunan yang menjadi event ikon kota juga sering diadakan setiap tahunnya. Beberapa festival kota tahunan diantaranya adalah:
  • Festival Malang Kembali: Diadakan untuk memperingati HUT Kota Malang, biasa digelar pada tanggal 21 Mei. Festival ini mengusung situasi kota pada masa lalu, mengubah jalan-jalan protokol kota menjadi museum hidup selama kurang lebih 1 minggu festival ini diadakan.
  • Karnaval Bunga
  • Karnaval Lampion: Biasa diadakan untuk merayakan hari raya imlek.
Selain itu Kota Malang menyediakan berbagai kuliner khas yang mampu membuat pelancong betah di Kota ini seperti:



sumber mimin 2sumber mimin kucing

1 komentar:

  1. Spasinya kurang mar, 1.5 kemungkinan bisa bikin lebih enak dibaca. :D

    BalasHapus